Ya Allah, Ya Rabb…
Sungguh, aku mulai kehilangan harapan atas masa depan pernikahan ini.
Aku bimbang…
Haruskah aku terus bertahan, Ataukah kuakhiri semua sampai di sini saja?
Sungguh, aku pesimis…
Aku tak melihat sedikit pun tanda perubahan dalam dirinya,Dalam perilakunya, dalam caranya memperlakukan janji suci ini.
Telah kukatakan padanya— Bahwa aku tahu segalanya…
Tentang masa lalu yang ia sembunyikan, Tentang nama perempuan itu yang tertulis bersanding dengan namanya di secarik kertas.
Tentang bukti booking hotel yang pernah kutemukan…
Tentang luka yang ia ukir diam-diam di hatiku.
Dan saat itu, ia bersumpah…
Ia serahkan segalanya kepadaku.
Jika semua itu terulang kembali, maka akulah yang memutuskan arah jalan ini.
Namun kini…
Aku menemukan lagi jejak serupa,
Hanya berbeda nama,
Tapi kisah yang sama— Kebohongan yang sama.
Ya Allah, aku tak tahu harus berbuat apa lagi…
Hatiku lelah, jiwaku letih…
Sungguh aku pesimis akan arah pernikahan ini.
Aku merasa sendirian,
Bertarung sendirian untuk cinta yang seharusnya diperjuangkan bersama.
Dan kini, aku berdiri di ujung persimpangan,
Tak tahu harus melangkah ke mana.
Namun satu hal yang aku tahu, Yang selalu aku yakini sejak awal—
Aku hanya ingin dia.
Hanya dia…
Sosok itu, lelaki itu— Yang ingin kuhabiskan sisa hidup bersamanya.
Bukan siapa-siapa, bukan pengganti, Hanya dia seorang.
Ya Allah, Ya Rabb…
Bila pernikahan ini memang masih Kau takdirkan memiliki masa depan,
Tunjukkanlah aku jalannya.
Berikanlah aku petunjukMu,
Bisikkanlah dalam hatiku apa yang harus kulakukan.
Dan jika sebaliknya…
Jika takdir kami adalah perpisahan,
Maka kuatkanlah hatiku untuk menerima ketetapan-Mu.
Ya Allah,
Aku tak ingin terus menangis dalam gelap,
Tak ingin terus berpura-pura baik-baik saja di hadapannya.
Bimbing aku dalam keputusan yang Kau ridai,
Dan lapangkan dadaku atas semua yang telah dan akan terjadi.
Ya Allah, Ya Rabb…
Tolong pegang erat hatiku yang rapuh ini.
Karena hanya pada-Mu tempatku bersandar,
Ketika dunia tak mampu lagi memberiku jawaban.
No comments:
Post a Comment