Tuesday 28 April 2015

Ingin

Ingin rasanya pergi jauh melanglang buana hanya untuk menghilangkan rasa dan asa

Ingin rasanya menyerah karena menyadari tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan semua

Ingin rasanya berhenti berharap dan menyudahi semuanya

Ingin rasanya mengutuk keadaan dan situasi tapi hal itu tidak menyelesaikan masalah

Ingin rasanya membakar dan menyulut bara di hati tapi apalah gunanya

Ingin rasanya menghentikan waktu yang terus berdetik

Ingin rasanya mempunyai mesin waktu dan kembali ke masa dahulu

Ingin rasanya berada di tanah lapang dan menumpahkan segala emosi yang ada

Ingin rasanya menyerah dengan semua karena tak ada lagi yang tersisa

Ingin rasanya bersahabat dengan kenangan masa lalu dan berharap ia kembali menetap

Ingin rasanya berteriak, menjerit dan berharap kekosongan ini terisi kembali

Ingin rasanya menumpahkan air mata namun nampaknya air mata sudah kering dan tak sanggup menunaikan tugasnya

Ingin rasanya pergi meninggalkan semua dan tak lagi menoleh ke belakang

Ingin rasanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan sejak dulu

Ingin rasanya melupakan semua dan berharap ini hanyalah mimpi buruk di malam hari

Ingin rasanya berhenti berharap bahwa cepat atau lambat semuanya akan kembali seperti sedia kala

Ingin rasanya berharap amnesia itu datang untuk menghapus semua peristiwa buruk yang telah terjadi

Ingin rasanya melakukan semua, namun apa daya hati dan akal tidak sejalan
Meski berusaha sekuat tenaga untuk tampak tegar dan kuat, topeng ini terlalu rapuh dan lembut

Topeng ini terlalu rapuh untuk dikenakan setiap saat

Mungkin hanya diriku dan Tuhan yang tahu berapa banyak kesempatan, peluang yang ada untuk melancarkan niat dan ingin ku.

Namun tak ada satupun yang diniatkan dan dijalankan karena hati mengerti bahwa dia tidak bisa meninggalkan tuan pemilik hati

Hati mengerti bahwa dirinya tanpa tuan pemilik hati tidak memiliki arti

Hati mengerti bahwa dirinya telah terikat kontrak suci yang tak mungkin bisa dibatalkan tanpa sebab dan akibat yang jelas

Hati mengerti bahwa dirinya saat ini sedang ditempa untuk menjadi lebih baik, lebih kuat 

Hati bisa mengerti akan hal itu tapi bagaimana dengan akal

Akal berteriak pada hati yang bersikap naif. 

Akal berkata kepada hati, kumohon langkahkan kaki saat ini sebelum semuanya berubah menjadi mimpi buruk yang menjadi kenyataan 

Akal berkata pada hati, percayalah padaku saat ini karena kau satu - satunya yang tak bisa berpikir jernih tentang semuanya 

Akal berkata pada hati, apalagi yang kau harapkan dari segala situasi dan kondisi ini, sudahlah untuk kali ini percayalah kepadaku dan turuti semua nasihatku sebelum semuanya terlambat.

Hati hanya diam termenung karena dia tahu bahwa kali ini akal berkata yang sesungguhnya tanpa bermaksud buruk

Hati kemudian menggeleng pelan dan berkata, untuk kali ini aku harus tidak setuju padamu karena aku percaya bahwa cinta saat ini sedang tersesat di tengah perjalanan dan aku yakin dia akan kembali lagi

Akal mendadak kehilangan kata2 dan hanya bisa berkata lirih pada hati, baiklah kali ini kau yang jadi pemenangnya. Hanya engkau yang tahu betul siapa cinta. 

Pesanku hanya satu : jangan datang dan kemudian menangis sedu sedan kepadaku jika apa yang ku perkirakan terjadi

Akal kemudian pergi meninggalkan hati yang hanya diam di tempat

Hati hanya berujar lirih, aku mengenalnya. Dia hanya tersesat dan akan segera kembali. 

Semoga saja saat cinta sadar, aku masih ada disini.

Semoga saja ;)

No comments:

Post a Comment